Pemerintah Daerah Didorong Tinjau Ulang Rencana Masuknya KFC dan McDonald's ke Morowali
Warga Morowali menyuarakan penolakan terhadap rencana masuknya KFC dan McDonald's ke daerah mereka. Alasan kemanusiaan, solidaritas untuk Palestina, dan perlindungan UMKM lokal menjadi sorotan utama. Pemerintah daerah didesak untuk meninjau ulang kebijakan investasi asing di sektor makanan cepat saji.

Bungku Tengah, Sejumlah elemen masyarakat, pelaku UMKM, dan pemerhati sosial ekonomi di Kabupaten Morowali menyampaikan keprihatinan mendalam atas rencana masuknya dua jaringan restoran cepat saji global, KFC dan McDonald's, ke wilayah Morowali. Para narasumber meminta Pemerintah Kabupaten Morowali untuk meninjau ulang kebijakan yang membuka peluang bagi kehadiran dua merek raksasa tersebut.
Kehadiran KFC dan McDonald's, yang merupakan merek asal Amerika Serikat, dinilai tidak hanya berdampak pada sektor kuliner lokal, tetapi juga membawa konsekuensi serius dalam konteks kedaulatan ekonomi daerah, budaya konsumsi, dan solidaritas kemanusiaan global.
Perputaran Ekonomi Tidak Terserap Lokal
Sistem waralaba yang digunakan kedua brand global tersebut mengakibatkan perputaran keuangan tidak tinggal di daerah. Meskipun gerai mereka beroperasi di Morowali, sebagian besar keuntungan bersih, biaya royalti, bahan baku standar, hingga sistem distribusi tetap dikendalikan dari luar daerah atau bahkan luar negeri.
"Uang yang dibelanjakan masyarakat di KFC atau McDonald's sebagian besar justru keluar dari Morowali. Sementara UMKM lokal kita harus berjuang sendiri dengan modal terbatas dan minim dukungan infrastruktur," ungkap salah satu pelaku usaha lokal di Bungku Tengah.
Ancaman terhadap UMKM dan Identitas Kuliner
Kehadiran dua merek ini dinilai akan mematikan ruang tumbuhnya usaha lokal. Dengan kekuatan modal besar, promosi masif, dan fasilitas modern, mereka berpotensi menggeser selera masyarakat, terutama generasi muda, dari makanan tradisional ke makanan cepat saji yang belum tentu lebih sehat atau bernilai gizi tinggi.
Lebih dari itu, sistem rantai pasok yang mereka terapkan tidak banyak melibatkan petani dan pemasok lokal, melainkan bergantung pada standar terpusat dan vendor luar, sehingga dampak ekonomi lokal menjadi sangat minim.
Isu Global: Boikot dan Solidaritas Palestina
KFC dan McDonald's juga menjadi sasaran gerakan boikot internasional di berbagai negara sebagai bentuk protes terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan dugaan dukungan terhadap Israel dalam konflik Palestina. Negara-negara seperti Iran, Palestina, dan Bermuda secara terbuka menolak kehadiran waralaba asing demi menjaga integritas ekonomi dan politik domestik.
Gelombang boikot ini juga meluas di negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia, Indonesia, dan Yordania, yang didorong oleh kesadaran kemanusiaan dan solidaritas global terhadap rakyat Palestina.
Warga Morowali Suarakan Penolakan di Media Sosial
Respons penolakan juga mulai muncul secara organik di kalangan masyarakat Morowali, terutama melalui media sosial. Warga menyuarakan keresahan mereka terhadap rencana masuknya KFC dan McDonald's dengan alasan sisi kemanusiaan, serta kekhawatiran terhadap dampaknya terhadap UMKM dan budaya lokal.
Unggahan dengan tagar #FreePalestina, #BoikotGlobal, dan #DukungUMKMLokal mulai ramai beredar di platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok. Hal ini mencerminkan bahwa penolakan terhadap dua brand asing tersebut bukan sekadar isu ekonomi, tetapi juga menyentuh kesadaran kolektif masyarakat terhadap isu keadilan dan kemanusiaan dunia.
Panggilan untuk Pemerintah Daerah
Para pelaku usaha dan elemen masyarakat menyerukan agar Pemerintah Kabupaten Morowali mengambil langkah strategis dengan mengedepankan perlindungan terhadap UMKM lokal, menjaga budaya kuliner daerah, serta berpihak pada gerakan global yang memperjuangkan keadilan dan kemandirian ekonomi.
"Ini bukan soal anti-investasi. Ini soal arah pembangunan kita. Apakah kita ingin ekonomi Morowali tumbuh secara mandiri, atau justru menjadi pasar konsumtif dari sistem global yang tidak peduli pada akar lokal," tegas salah satu pelaku UMKM.
Dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, dan geopolitik saat ini, masyarakat berharap Morowali dapat menjadi contoh daerah yang berani mengambil posisi strategis, menolak tekanan global, dan membangun masa depan yang lebih mandiri, adil, dan bermartabat.